“THE LAST STAND TREE”
Oleh : Fitri Islami
           
            Lingkungan merupakan masalah publik sehari-hari sejak lama. Mulai dari masalah pencemaran, kerusakan, dll. Kalau kita membahas tentang pencemaran, tentu yang terlintas di benak kita adalah pencemaran tanah, air, dan udara.
            Sedangkan jika kita membahas tentang kerusakan, tentu ingatan kita melayang jauh sampai ke ozon yang telah berlubang. Lalu, jika kita tidak menyukai lingkungan yang seperti ini, mengapa kita masih saja secara tidak langsung ikut serta dalam perusakan lingkungan?
            Mungkin anda masih tidak mengerti apa yang dimaskudkan di atas. Ok, coba kita ingat lagi, sudah berapa plastik yang kita gunakan hari ini? 9 kah? Atau 10? Berapakah diantara mereka yang sampai ke tong sampah, dan berapa diantara mereka yang mendarat di tanah? Atau sudah berapa molekul CO yang kita sumbangkan ke udara lewat kendaraan kita? Hal ini dapat dipastikan jarang terlintas di kepala kita.
            Seperti sampah plastik. Plastik bersifat non-biodegradable atau sulit terurai. Sampah plastik memakan waktu hingga beratus-ratus tahun lamanya hanya untuk terurai. Di Indonesia, seringkali plastik ditangani dengan cara dikubur atau di bakar. Tapi, tentu saja hal ini belum dapat dikatakan sebagai pemecahan masalah. Karena, penguburan sampah plastik dapat mengurangi kualitas dan kemampuan tanah untuk menjadi subur akibat masuknya zat-zat kimia berbahaya yang berasal dari plastik ke tanah. Sedangkan membakar plastik, kita sama saja dengan memindahkan zat-zat kimia berbahaya seperti menghasilkan gas hidrogen klorida (HCl) atau gas klorin (Cl2) ke udara.
            Hal ini tentu sulit untuk si tangani. Bahkan, sehari-hari kita memerlukan benda yang satu ini. Namun, adanya penemuan terbaru mengenai plastik biodegradable sepertinya dapat dijadikan suatu alternatif sebagai pemecahan masalah limbah plastik. Kandungan plastik ini yang diantaranya ialah : selulosa, kolagen, kasein, protein atau lipid yang terdapat dalam hewan, dapat terurai lebih cepat sekitar 10 sampai 20 kali dari plastik yang berbahan dasar tepung yang sebenarnya sama ramahnya terhadap lingkungan. Jadi, kita dapat mengurangi sedikit banyaknya pencemaran terhadap tanah. Apalagi jika ditambah dengan pemerintah membuat kebijakan agar di Indonesia harus menggunakan plastik biodegradable. Hal ini tentu akan sangat sangat menolong.
            Sekarang kita mengkaji tentang pencemaran terhadap udara. Seperti yang telah disebutkan di atas, tentang kita yang selama ini jarang menyadari bahwa kita turut andil dalam menyumbang zat-zat kimia berbahaya ke udara lewat kendaraan kita ataupun lewat sampah-sampah yang kita bakar. Belum lagi pabrik-pabrik yang sebagian besar dimiliki oleh negara-negara besar tentunya menyumbang bamyak CO2 ke udara. Hal inilah yang membuat suhu udara semakin naik, penyebab penyakit pernapasan, hujan asam, dll.
            Pencemaran udara sebenarnya sama buruknya dengan pencemaran tanah. Namun, efek negatif dari pencemaran tanah tidak kita rasakan langsung. Sedangkan efek negatif dari pencemaran udara langsung kita rasakan. Misalkan saja seperti suhu yang bertambah tinggi, sesak nafas, dll. Hal ini tentu mendatangkan kondisi yang buruk bagi semua makhluk hidup.
            Apalagi ditambah dengan asap pabrik yang bukan main banyaknya. Hal ini jika dibiarkan dalam jangka panjang, dapat menimbulkan hujan asam. Tentu efek hujan asam sangat mengerikan. Apabila suatu populasi pohon terkena hujan asam, maka pohon-pohon tersebut akan layu dan mati. Tergantung seberapa banyak kandungan zat kimia berbahaya yang dikandungnya. Semakin banyak zat kimia berbahaya yang dikandungnya, semakin cepat pula tumbuhan-tumbuhan akan mati.
            Selain itu, lapisan ozon pun juga ikut terkena dampaknya. Tentu kita sudah tahu tentang lapisan ozon yang telah berlubang di Antartika. Hal ini tentu sangat berbahaya, karena dapat menyebabkan kanker kulit dan yang lebih parahnya lagi adalah meninggal.
            Lubang pada ozon tentu berasal dari menipisnya lapisan ozon. Menipisnya lapisan ozon, diakibatkan oleh CO, CO2, CFC, dll. CFC mampu bertahan di stratosfer hampir ratusan tahun! Dan mampu menghancurkan sekitar seratus ribu molekul ozon yang ada di stratosfer. Padahal ozon (O3) di stratosfer rata-rata hanya tiga molekul setiap 10 juta molekul udara dengan tebal lapisan hanya 0,3 cm.
            Padahal itu adalah lapisan tipis yang rentan dan hendaknya kita jaga. Namun, kita malah memperparahnya dengan membuat lubang yang semakin lama semakin membesar.
            Ada baiknya kita saat ini mulai tidak menyumbangkan CO, CO2, dan CFC ke udara. Yaitu dengan cara menggunakan mobil ramah lingkungan yang mulai beredar di pasaran, memperbaiki mesin kendaraan yang telah aus agar pembakaran lebih sempurna, menggunakan produk non-CFC, dll.
            Jika tanah dan udara tercemar, tentu air pun terkena imbasnya. Bila tanah tercemar oleh zat-zat kimia berbahaya, maka tanah akan menyerap zat-zat tersebut, hingga zat-zat tersebut terkontaminasi dengan air yang berada di dalam tanah. Bila air tersebut terus mengalir di bawah tanah, dan menemukan celah untuk keluar menuju sungai, maka air sungai ikut terkontaminasi. Begitu pula dengan air laut.
            Selain itu, air juga dapat tercemar akibat terkontaminasi dari hujan asam. Bila air hujan asam masuk ke dalam air sungai atau laut, maka sudah dapat dikatakan bahwa air tersebut telah tercemar.
            Namun, ada pula air yang tercemar akibat ulah tangan manusia itu sendiri. Seperti  warga yang membuang sampah di sungai, pembuangan limbah kapal wisata ke laut, pembuangan limbah pabrik yang belum saring ke laut, tumpahnya minyak di laut, dsb. Hal ini tentu juga sangat mempengaruhi jumlah air bersih. Banyak daerah-daerah yang kekurangan air bersih karena banyak sumber air yang telah tercemar.
            Untuk mencegah semakin berkurangnya air bersih, maka kita hendaknya tidak lagi membuang limbah rumah tangga ke sungai, hendaknya pabrik-pabrik menyaring limbah sebelum dibuang agar zat-zat kimia berbahaya tidak ikut masuk, dan masih banyak lagi cara yang bisa dilakukan untuk menekan semakin berkurangnya air bersih.     
            Banyak hal di sekitar kita yang dapat merusak lingkungan. Banyak hal yang kita lakukan dan secara tidak sadar, kita telah ikut mencemari lingkungan. Seperti bila tidak jeli memilih, kita bisa saja secara tidak sengaja membeli AC yang mengandung CFC, atau pekerjaan lainnya yang memperparah keadaan lingkungan.
            Yang dapat menolong bumi kita ini dari serangan kerusakan lingkungan adalah manusia yang tinggal di dalamnya, diri kita sendiri. Mungkin banyak orang yang peduli dengan lingkungan, tetapi banyak juga orang yang masih egois tidak perduli dengan alamnya sendiri.
            Bila kita tidak menyadarkan diri kita sendiri betapa pentingnya menjaga lingkungan, maka dapat diramalkan di hari esok yang kita hirup adalah CO atau CO2, yang kita minum adalah air yang terkontaminasi zat berbahaya, tanah yang kita injak bagaikan malapetaka bagi tumbuhan yang hidup di atasnya, hujan yang kita rasakan adalah hujan asam. Belum lagi lubang ozon yang semkin melebar. Hewan-hewan akan punah secara drastis. Bahkan angka kematian akibat kondisi ini menanjak.
            Tentunya kita tidak ingin hal ini terjadi. Tentu kita tidak ingin hidup bergantung kepada satu pohon yang tersisa. Lalu, apakah mulai saat ini kita akan menjaga lingkungan agar bisa dipakai lebih lama? Tentu jawaban itu kita temukan di hati kita masing-masing. Seberapa perduli kita terhadap rumah kita.
            Mari kita hijaukan kembali bumi kita. Meminimalisir pengiriman CO, CO2, dan CFC ke udara, agar lubang ozon tidak bertambah parah, dan sedikit demi sedikit tertutupi. Dan hendaknya dengan keinginan yang kita tanamkan dalam diri, kita dapat menikmati alam yang indah seperti dulu.

0 komentar:

Posting Komentar